Rabu, 16 Mei 2012 - , 0 komentar

Hakikat Tasawuf

Pendahuluan

Istilah “sufi” atau “tasawuf” tentu sangat dikenal di kalangan kita, terlebih lagi di kalangan masyarakat awam, istilah ini sangat diagungkan dan selalu diidentikkan dengan kewalian, kezuhudan dan kesucian jiwa. Bahkan mayoritas orang awam beranggapan bahwa seseorang tidak akan bisa mencapai hakikat takwa tanpa melalui jalan tasawuf. Opini ini diperkuat dengan melihat penampilan lahir yang selalu ditampakkan oleh orang-orang yang mengaku sebagai ahli tasawuf, berupa pakaian lusuh dan usang, biji-bijian tasbih yang selalu di tangan dan bibir yang selalu bergerak melafazkan zikir, yang semua ini semakin menambah keyakinan orang-orang awam bahwasanya merekalah orang-orang yang benar-benar telah mencapai derajat wali (kekasih) Allah ta’ala
Senin, 07 Mei 2012 - , 0 komentar

Tauhid perspektif Imam Muhammad bin Abdul Wahhab

Islam adalah agama yang paripurna dan sempurna. Sebagai agama paripurna dan sempurna karena menjaga ajaran yang telah disampaikan oleh Nabi dan rasul sebelumnya. Kesempurnaan agama Islam terletak pada senantiasa terjaganya ajaran Tauhid (ke-Esa-an Allah). Sebagai bukti penjagaan agama ini adalah Allah  menciptakan ulama pada setiap masa sesuai kehendak-Nya. Hal ini dalam  rangka menjaga agama, menghidupkan sunnah dan membimbing manusia kepada jalan yang lurus.

Makalah Selengkapnya bisa di download di sini
- 0 komentar

Deontologi

Immanuel Kant
          Istilah deontologi berasal dari kata Yunani ‘deon’ yang berarti kewajiban.Istilah ini, digunakan kedalam suatu sistem etika. Istilah ini digunakan pertama kali oleh filsuf dari Jerman yaitu Immanuel Kant.

         Yang menjadi dasar baik buruknya perbuatan adalah kewajiban.Pendekatan deontologi sudah diterima dalam konteks agama, sekarang merupakan juga salah satu teori etika yang terpenting.
Ada tiga prinsip yg harus dipenuhi :
  1. Supaya tindakan punya nilai moral, tindakan ini harus dijalankan berdasarkan kewajiban
  2. Nilai moral dari tindakan ini tidak tergantung pada tercapainya tujuan dari tindakan itu melainkan   tergantung pada kemauan baik yang mendorong seseorang untuk melakukan tindakan itu, berarti kalaupun tujuan tidak tercapai, tindakan itu sudah dinilai baik
Rabu, 02 Mei 2012 - , 0 komentar

Pesantren dan Pembentukan Perilaku Santri


Sejak awal kelahirannya, pesantren tumbuh, berkembang dan tersebar di berbagai pedesaan dan perkotaan. Keberadaan pesantren sebagai lembaga keislaman yang sangat kental dengan karakteristik Indonesia ini memiliki nilai-nilai yang strategis dalam pengembangan sikap dan perilaku masyarakat Indonesia. Realitas menunjukkan, pada satu sisi, sebagian besar penduduk Indonesia terdiri dari ummat Islam, dan pada sisi lain, mayoritas dari mereka tinggal di pedesaan.
Berdasarkan realitas tersebut, pesantren sampai saat ini memiliki pengaruh kuat pada hampir seluruh aspek kehidupan di kalangan masyarakat muslim yang taat. Kuatnya pengaruh pesantren tersebut membuat setiap pengembangan pemikiran dan interpretasi keagamaan yang berasal dari luar kaum elit pesantre tidak memiliki dampak signifikan terhadap way of life dan perilaku masyarakat Islam khusus bagi yang pernah mengenyam pendidikan di pesantren.